Sabtu, 28 Mei 2011

Cerpen Indonesia (Kado Istimewa)


KADO ISTIMEWA
Oleh Novera Yuliana

Akhirnya, Suamiku tersayang ini mau juga mengabulkan keinginanku. Serasa jadi makin sayang, di ulang tahunku yang pertama di dalam pernikahanku, Aku sih ga minta muluk-muluk hanya ingin dibelikan alat berkebun, aku seneng banget,, dari dulu aku suka koleksi buku tentang tanaman obat, karena kebiasaan keluarga juga kalu sakit jarang minum obat kimia, jadi pengen banget kalau sudah nikah nanti punya halaman buat apotek hidup dan tanaman herbalku. aku juga ingin memiliki kolam ikan ga apa-apa ukurannya kecil juga, tapi suamiku bilang belum bisa diwujudkan sekarang, nanti ketika ulang tahunku tahun depan. Untuk peliharaan, untuk jadi peyejuk, relaksasi dan hiburan dari pekerjaan yang membuat penat di kota yang sibuk ini. Sedari Suamiku membeli rumah untuk tempat tinggal kami, Ia memiliki rencana ingin membangun rumah kami menjadi dua tingkat, dan halaman rumah dihabiskan untuk tempat parkir dan teras rumah, tapi mengalah karena dia tau dari dulu aku pengen banget punya kebun sendiri, tapi ternyata dari emosi dan amarahnya, ga perhatian dan ga mendengar perkataanku, tiba-tiba Dia memberi kejutan seperangkat alat-alat berkebun. Ehm… dia memang selalu penuh kejutan, perhatian, lembut dan bisa sangat romantis lewat semua tindakannya. Ga terlalu banyak kata-kata yang dia sampaikan, tapi dia ga cool terkadang hal bodoh yang ia lakukan itu yang membuatku selalu nyaman dengan dirinya, ga ada yang disembunyikan, apa adanya ia menerimaku, baik masa laluku, saat ini dan kuharap sampai nanti selalu begitu. Terimakasih Tuhan untuk seorang malaikat hati yang turun menemani ku dalam hidup di dunia yang fana ini.
Sebagai wanita aku merasa selalu ingin memeberikan yang terbaik semampuku baginya, melihat ia bahagia layaknya hal itu merasuki seluruh ruas-ruas hatiku dan merasa kebahagiaan itu untukku, terlebih kagi ketika ku yakini, Ia orang tepat bagiku untuk mewujudkan semua mumpi yang akan ku kejar dan ku wujudkan, ia adalah bagian dari semua perjalanan panjang itu. Semoga..
Bagian indah itu, seorang yang menyeimbangi pasangannya, ketika aku terlalu pecah untuk meledak-ledak ia yang redakan amarah itu, ketika aku terlalu ambisius untuk mengejar dunia dia yang membuatku terpejam dengan rasa damai, atau ketika ku rapuh Ia juga yang memberi arti, dan menghidupkan kembali bahwa aku pantas hidup di dunia ini..
Pengalaman orang tua bercerai, hidup berasama kakek dan neneku, dan dukungan dari orang-orang yang mengasihi diriku, membuatku mempunyai arti untuk hidupku dan pandangan tersendiri dalam kehidupan berumahtangga, apa arti sebuah harta, kesetiaan, rasa percaya, tanggung jawab, cinta, keluarga dan pasangan hidup, terkadang ada rasa pesimis akan menghadapi kegagalan, atau justru kebalikannya, bahwa aku harus bisa belajar dari kegagalan orang tua, atau masa laluku ketika harus melewati hidup tanpa mereka, atau masa indah ketika belajar hidup dari banyak kepala dan pemikiran, Suamiku mengerti arti mimpi bagiku, dan selalu mengatakan bahwa mimpi itu ada, hanya saja jangan terlalu memandang langit karena jika akhirnya kau berada dibumi untuk selamnaya, kau akan merasa tak berguna dan kecewa..
Ketika makan malam di sebuah mall, aku melihat Seorang Bapa yang mendampingi anak bermain di sebuah arena bermain, aku ga kuasa buat menahan air mata, kupandangi mereka, walau pun ga kurang kasih sayang yang kudapati. Tapi jujur walau sudah menikah aku masih merindu sosok itu. Andai aku menjadi anak itu aku pasti bahagia. Sampai aku menikah aku hanya dapat dekat dengan Ayah sesaat saja sampai beliau meninggal dunia. dan tak dapat menjadi wali ketika menikah, begitu dengan Ibu bukan tak menyayangiku, Ia bekerja untuk diriku dan adik-adik Ibu yang belum menikah serta aku dan kakaku untuk bersekolah dan kehidupan sehari-hari. Aku mengerti itu semua…
Dulu aku hanya menangisi hidupku. Bila, kawanku berbagi raport sekolah diantar oleh ayah ibu mereka, yah… nenek dan kakek sibuk bekerja, om dan tante juga, om kecil sedang sekolah jadi… baiklah harus dibawa sendiri.. dirumah ga ada siapa-siapa, lebih baik aku menceritakan raportku pada kawanku saja owh ternyata temanku akan berangkat ikut casting iklan pembalut wanita, Ia bercerita padaku bahwa ibunya membelikannya pakaian baru untuk casting, yang harganya selangit, dan bapanya sangat khawatir terlambat mengantar dia ke puncak ke lokasi casting.
Rumah ini ramai, tapi terasa sepi. terkadang harus over acting agar dalam keramaian ini aku menjadi bagian disana, atau justru keramaian ini harus menjadi milikku, tapi hal ini selalu sesaat dan terkadang fana, dengan masalah perceraian orang tua, yang terlalu menyakitkan banyak pihak, aku dan kakaku hanya bisa menarik nafas semoga kali ini tak berbuntut kepada kami.
Hari ini hujan deras sekali, anginnya terlalu kencang hingga pepohonan yang kokoh itu tak sanggup menahan hembusan itu, sudah adzan maghrib, jam seperti ini biasanya kakek nenek sedang mengaji hingga pukul tujuh, kemudian paman dan bibi serta kakak sedang menonton TV, sedangkan saudara-saudara yang lain masih belum pulang bekerja. sepi rumah ini, kreeek…kreekk jendela kamar yang hanya ditutup oleh prngganjal kain ternyata terbuka juga oleh hembusan angin yang kencang. Aduh hujan-hujan dan magribh begini siapa yang berteriak-teriak, owh ternyata tetangga, genting nya terbawa angin, dan sedang diperbaiki oleh si Bapa, sedangkan dibawah ada seorang ibu muda sedang berpayung dan berteriak ngeri melihat Si Bapa yang terpeleset dan hamper terjatuh. Manis sekali mereka, kenapa hati ini tiba-tiba terasa sesak, aku ingin menangis, Tuhan jika hal-hal indah seperti itu tak dapat kualami sebagai anak, berilah kesempatan bagiku untuk memebrikan hal tersebut bagi anakku segala hal yang terbaik, dan mewujudkkannya dalam pernikahanku, aku merindukkan ayah dan ibu yang seberapa jauh pun aku mengingkari aku tak membutuhkan mereka, hati terkecil ini terlalu merindu. Kehidupan ini sangat cepat berlalu, banyak hikmah kejadian masa kecil yang akan kubawa disepanjang hidupku, terkadang menangis adalah caraku untuk bicara pada Tuhan, dengan menuliskan harapan pada secarik kertas atau bermonolog sebagai pelipur,, bagi hatiku yang berharap masih banyak jawaban akan doa-doa.
Disetiap tahun yang ku lalui, rasanya perwujudan untuk harapan itu semakin nyata dan selalu ada kesempatan bagiku untu menembusnya, berusaha, dengan alasan untuk kebahagiaan anakku padahal aku belum menikah aku masih kuliah semuanya terasa ingin ku berikan untuk anakku, sebelum menikah suamiku hanya tersenyum bila mendengar bahwa tabunganku, asuransiku, dan rencana-rencana bagi masa deepan anakku, seolah ingin mengobati masa lalu dengan yang terbaik bagi anakku…
Dengan pencapaian itu merasa cukup, aku ingin bekerja untuk keluargaku membalas semuqa jasa-jasa orang yang telah menyayangiku, memperhatikan ibu dan mertua yang sangat mengasihiku, aku sudah tak mau terlalu sibuk aku bekerja untuk mereka dan memperhatikkan mereka, menyayangi mereka sedari dekat dan memenuhi setiap kebutuhan mereka. Dengan penikahan yang kuanggap sangat sempurna,,,
Kedatangan seorang anak yang kuharapkan tak juga datang, suamiku yang selalu mendengar mimpiku tentang masa depan telah berkata bahwa mimpi sempurna ini sudah saatnya diwujudkan dan disempuranakan dengan kehadiran sorang anak, bahagialah seorang wanita dengan pria yang sangat sempurna, tak pernah ada cela dimatanya, tapi semua itu menjadi retak ketika lima tahun pernikahan, tangisan bayi masih juga tak ada. Dan ku coba memeriksakan kandunganku ternyata aku mandul karena saluran telur ku letaknya berada di luar indung telur, sedangkan jika ingin mengandung masih dapat kemungkinan melewati bayi tabung, yang tentulah dengan harganya yang mahal semua tabunganku masih tak dapat untuk mengadakan sebuah embrio tumbuh dalam rahimku. Hatiku hancur apa yang harus kukatakan, aku takut cerita indah ini berakhir, terlebih lagi sedari awal mengenal dirinya aku yang menumbuhkan paradigma mengenai kebahagiaan macam apa yang akan kita hadapi, harta yang bisa dicari, sebuah relationship suami istri yang baik, dan sepenuhnya total bagi anak, aku tak mau kisah pilu yang kualami terjadi pada putraku, dan sekarang ini persiapan kehadiran itu musnah. Aku takut. Sampai ketika Ia membaca surat bahwa ada kelainan dengan sel telur dan memaksa ku memeriksa ulang kandunganku akhirnya ia tahu bahwa aku tak dapat memiliki putra.
 Ia berubah dan memnyebutku hanya wanita pemimpi, Ia berubah Ia selalu mengatakan bahwa ia banyak meniduri banyak wanita agar dapat memiliki keturunan,  dan yang aku tahu hanyalah Ia pernah berselingkuh dengan seorang rekan kerjanya, hatiku hancur aku merasa berada dititik terendah dalam hidupku. Semuanya serasa telah runtuh dan lebur, kepingannya pun tak dapat disusun kembali.
Aku hanya terdiam aku tak dapat merasakan indahnya berkeluarga, semua hanya sekejap saja, baik sebagai seorang anak yang haus ingin dikasihi oleh orangtuanya dengan utuh, atau sebagai orangtua yang dapat merangkul dan mengasihi seorang anak, mendadani putrinya, membanggakan putranya, membesarkannya. Mertuaku yang meminta suamiku menceraikan diriku, dan menjodohkan dia dengan wanita lain, apa aku yang cukup tak tau diri untuk mengikhlaskan semuanya pergi, atau aku masih selalu berharap jawaban doa-doa itu. Sampai kapan jam ini akan berdetak menghantarkan kita melewati waktu, akan pecah, tau kah tenang dan terus berdetak.
Ulang tahunku ke tujuh dalam pernikahanku sunyi, seperti ulang tahun tiga tahun yang lalu, istikharah, jika memang ini hanya menyakiti relakanlah diriku untuk melepasnya bersama dengan wanita lain, dan mendapat putra yang Ia harapkan. Jika kami masih dapat bersama tunjukkanlah bahwa harapan itu masih ada. Aku ga bisa menahan tangisan ketika keluargaku menanyakan kabarku, ku katakan semuanya baik-baik saja.. Dalam mengaislah sekuat-kuatnya hingga mataku terpejam….
Terdengar isak tangis bayi, suara begitu ramai, tubuhku terasa hangat, kubuka mataku…
Ada apa ini???? Ini rumah sakit, badanku lemas sekali, ada ibu, nenek, kakek, kakaku, paman, dan bibi ada apa ini apa aku sekarat ada dirumah sakit??? Tak ada suamiku… Happy birthday…. Ya… selmat ulang tahun sayang….
“Dimana Kemal??? “ tanyaku
“Dia….”
“Selamat ulang tahun sayang….”
Ada bayi kecil berpita merah muda… begitu cantik sekali dengan rambut yang sedikit ikal, jemari kecil melengkung seperti udang, wajahnya cantik… aku menangis andaikan dia adalah putriku, siapa bayi itu mengapa bersama Kemal???
Ketika ku mencoba menciumnya tubuhku terasa lemas sekali, aku ingin menggendongnya, ada apa ini perutku sakit sekali, kakiku lemas tak dapat bergerak apa aku lumpuh???? “ kenapa kakiku???”
“Sayang, tubuhmu masih lemas, proses persalinan mu kemarin repot sekali, karena bayi kita dalam posisi sungsang jadi kelahirannya harus dengan sesar…”
“Dan maaf aku belum bisa buat kolam ikan nya, karena hadiah ulang tahunmu kali ini adalah kamar bayi yang cantik dengan cat berwarna putih dan cokelat, box putih dengan kelambu berenda dan kasur cokelat bergambar beruang serta lemari dan pakaian dan botol serta tempat makan bergambar beruang. Kemudian dari Ibu ada boneka beruang yang sangat besar sekali seperti yang kau inginkan selama ini …”
“Apa?  Aku menjadi seorang ibu?”  ada apa ini Tanyaku heran???
“Tentu, ini putri kita… Ini alika, kamu kenapa sih saying???”
“Sudahlah kemal, Mella masih ada pengaruh obat bius jadi begitu, belum sepenuhnya tersadar..”
Jika ini nyata termakasih Tuhan. Engkau sungguh Maha kuasa. Atas segala yang ada di dunia,  Ini kado teristimewa sepanjang hidupku….


(Dapet ilham darimana bisa buat cerpen begini...) :D



Tidak ada komentar:

Posting Komentar